Selasa, 04 Januari 2011

Menjemput Rindu di Senayan

Mataku berkaca-kaca, tak kala mendengar langsung pekik lagu Indonesia Raya dinyanyikan di Gelora Bung Karno pada laga Filipina-Indonesia.
Ada rasa haru yang tiba-tiba menyelimutiku. Sebegitu kuatnya kah rasa rindu akan suatu kebanggaan sebagai Indonesia? Rindu yang kuat untuk mengangkat kepala tegak sambil berkata: “Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri, jadi pandu negeriku “.
Yah… rasa bangga sebagai Indonesia tampaknya menguap berlahan-lahan.

Memudar cepat karena penat dan muak menyaksikan drama di pentas media. Mulai dari babak korupsi gayus dan kasus pendomplangan pajak, seri pertikaian buaya dan tikus, hingga akting ulah pongah politisi yang asyik mengumbar image tak karuan layaknya artis.
Rasa bangga semakin tersembunyi, tak kala semua pihak tampaknya cuek saja akan kisah pedih TKI yang terus menerus berulang di tanah orang sana.
Namun, di akhir tahun ini, rasa bangga mendadak terpompa memenuhi seluruh warga Indonesia.
Beramai-ramai, tua muda, perempuan laki-laki, penggila bola maupun penonton biasa, seolah terbius dengan kelihaian tim garuda menumbangkan musuh silih berganti.
Di GBK semangat kebanggaan dan harapan akan Indonesia yang  jaya terlihat sangat nyata di mata para suporter garuda. Tak hirau harus jadi gelandangan sementara di Jakarta, atau ricuh antri tiket, dengan setia tetap menanti laga akhir Indonesia-Malayasia. Mesti sempat tercoreng karena ulah Ical yang menodai euforia bola, para suporter tetap tulus memberi semangat.
Sebab laga Indoanesia-Malaysia bukan sekedar memperlihatkan rasa kesal terhadap ulah Malaysia yang semena-mena selama ini. Tapi lebih lagi, final kali ini sebagai rasa rindu mengecap kebersamaan sebagai Indonesia.
Pada akhirnya tim nasional kita memang kalah. Tetapi rasa bangga terhadap usaha tim garuda ternyata lebih besar dibandingkan rasa kecewa. Seperti kata Bambang Pamungkas: „Kita berhasil, mesti tidak juara, tapi kita menang“
 Tim garuda memperlihatkan bahwa untuk menjadi pandu bangsa, harus berani berjuang habis-habisan. Harus berani maju, walau semua orang sudah memastikan kalah, dan memperlihatkan kalau kita bisa. Kalau kita bermartabat sebagai bangsa.

Dalam pertandingan, akhirnya tak jadi soal kalah menang. Yang  jadi soal adalah sikap suportif dan usaha untuk berjuang sebaik mungkin... (TS)



4 komentar:

  1. Semangat penonton terlihat dari jejeran manusia dlm foto tsbt.

    BalasHapus
  2. iya tan. mg2 semangat itu ttp terjada di bidang2 lain. hehehe...

    BalasHapus
  3. bro... ni foto ambil dari mana ya? setauku ni hasil jepretan henry habayahan...

    BalasHapus
  4. oh yaaa? ney diambil dari facebook teman anak trans

    BalasHapus