Minggu, 19 Desember 2010

Menulis Sebagai Awal

Sebenarnya keinginan untuk menuliskan analisa tanpa arah atas semua yang terjadi, telah sejak lama mengusik. Sampai kapan obrolan brilian di meja kantin kampus, di cafe pinggir jalan atau mall, akan berakhir begitu saja layaknya gelas dan piring yang tergeletak di atas meja.
   
Semua orang suka bercerita, suka menganalisa. Di warung-warung banyak pemikir-pemikir cerdas yang menghasilkan ide brilian, namun ide itu menguap begitu saja, tanpa pernah diketahui. Mulai dari tukang becak, ibu rumah tangga, pekerja dan apalagi mahasiswa suka berbagai cerita tentang apa yang terjadi di kesehariannya.

Obrolan yang tertulis di sini pun tak jauh berbeda. Kami hanya berbincang dan 'sok' menganalisa apa yang sebenarnya terjadi. Tentang diri kami, teman, lingkungan sekeliling, adat budaya, hingga pertandingan bola serta kondisi terkini bangsa dan pemerintahan ini. Bedanya dengan obrolan sambil lalu di tempat-tempat umum tadi, di sini saatnya kami berbicara dengan kata. 

Pada rubrik "SOSOK" di Kompas, kisah hidup seorang berkebangsaan Belanda, Harry A Poeze, pernah diangkat. Ia terkenal karena meneliti kisah terakhir kehidupan Tan Malaka. Hal yang menyentakakan ada tertulis pada alinea terakhir profile itu...
... Harta yang ditinggalkannya (Tan Malaka) hanya sepasang kemeja, topi, celana, tongkat, pensil dan buku tulis – benda yang menjadi andalan baginya untuk menulis sejarah. Tan Malaka membuktikan harta terbesar sebuah bangsa adalah kekayaan pemikiran yang disajikan lewat guratan pena...

Tak hanya Mr. Poetze, Paramoedya Ananta Toer pun pernah beropini bahwa orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Sebab menulis adalah bekerja untuk keabadian. Manusia tidak abadi, yang abadi adalah pemikiran yang dituliskannya dalam sebuah karya...

Jadi karena tahu bahwa diri ini tidak abadi, lebih baik pemikiran-pemikiran brilian para teman yang terekam dalam obrolan sambil lalu di meja kantin itu, kami toreh di sini. 
Cerita-cerita ini terekam pada 3 pilihan jalan kami yang berbeda-beda. Antara Jakarta-Bandung-Semarang dan  Sumatera Utara, tempat kami bertiga berasal... Certita tentang si Kotak Imaji. :)